Laman

Sabtu, 31 Juli 2010

Belum ada judul

Aku akan menceritakan sebuah rahasia padamu,tapi kau harus berjanji tidak akan membocorkannya pada siapa pun. Janji ?!

OK,aku akan menceritakan rahasia ini hanya padamu. Aku adalah cewek yang agak sinting karena punya sembilan kakak laki – laki. Apakah kau terkejut ? oh jangan terkejut dulu sebelum kau dengar seluruh rahasiaku.

Rahasia ini dimulai 25 tahun lalu, tahun 1985. Ayah dan ibuku menikah tanggal 1 Januari 1985 di KUA sebuah desa kecil di pinggir kota Jakarta. Ayahku seorang biasa yang sangat bertanggung jawab dan ibuku seorang bangsawan karena beliau punya darah keturunan Ratu Belanda. Mereka menikah diam – diam karena tak ada satu pun orang yang merestui pernikahan mereka. Akhirnya setelah menikah mereka pergi jauh dari Jakarta dan menetap di Solo.

Tahun pertama mereka menikah lahirlah dua cowok kembar, mereka memberi nama anak kembar itu Dian dan Dani. Aku pikir nama itu konyol sekali, kenapa anak kembar harus kembar juga namanya. Ok, lanjut. Tahun kedua ibu hamil lagi dan tahun ketiga lahirlah cowok kembar (lagi), nama mereka pun sama konyolnya satya dan setya. Empat orang anak cowok tak membuat orang tuaku kapok. Tahun kelima lahir lagi anak kembar, tapi kali ini berbeda karena tiga orang cowok yang lahir. Nama mereka Bayu, Bimo, dan Beni. OMG !!! bayangkan, konyol sekali nama itu. Jadi sekarang jumlah mereka ada tujuh anak cowok. Tahun ketujuh, ini tahun kelahiranku tapi aku juga kembar. Kami kembar dua cowok satu cewek dan sialnya dua kakak cowokku yang lahir duluan. Nama kami sama konyolnya dengan nama – nama abang kami, Rafa, Refi, dan Rifa. Seteleh kelahiranku, orang tuaku mulai menggunakan KB. Mereka sudah cukup puas dengan sepuluh anak, Sembilan cowok dan SATU cewek.

Pada ulang tahun kami yang keenam, Ayah membelikan tiga buah kotak. Kotaknya lucu, dan kami penasaran apa isinya. Setelah dengan muka tak karuan bentuknya, kami membuka kotak – kotak itu secara bersamaan di tempat yang berbeda dan anehnya kami sama – sama berteriak, “ AYAH!!!!!”. Kami langsung mendatangi Ayah dan menanyakan kenapa kotak itu kosong, dan Ayah hanya menjawab “Ayah Bingung”. Kami bertiga tambah bingung lagi, dengan muka tak puas kami mendatangi Ibu yang sedang memasak di dapur. “ Ibu kenapa kotak kami kosong dan Ayah bilang bingung?” kata Rafa. Aku dan Refi hanya angguk – angguk saja. “Karena Ayah dan Ibu berpikir bahwa kalianlah yang harus mengisinya sendiri.” Kata ibu sambil mengelus ketiga anak bungsunya. Kenapa jawaban mereka sangat sulit untuk anak umur enam tahun? Ok, kami tidak memperpanjangnya karena kami memang mulai mengisinya sendiri.

Keluarga kami bukan keluarga kaya, Ayah punya toko kerajinan miliknya sendiri. Walau cukup besar dan laris, uang hasilnya hanya cukup untuk makan dan sekolah kami berduabelas. Karena Ayah juga punya pekerja yang lumayan untuk menghabiskan uangnya.

Dan sekarang waktunya mendeskripsikan masing – masing dari kami. Pertama bang Dian, dia cowok tampan yang lemah lembut tapi dia masih normal tenang saja. Abangku itu dituntut bisa melakukan apapun oleh orangtuaku sehingga dia agak seperti wanita. Kedua bang Dani, dia tipikal cowok pembangkang beda sekali dengan bang Dian. Kerjanya hanya ongkang – ongkang kaki di rumah dan sebagai mandor dari kami adik – adiknya. Ketiga bang Satya, dia abangku paling tampan di antara abang – abangku yang memang tampan – tampan, dia terkenal playboy di kalangan cewek – cewek di sekolahnya. Tapi menurutku bang Satya nggak playboy hanya sering gonta – ganti pacar karena tiap dia putus dengan satu cewek kemudian cewek lain nembak dia, bukan salah abang dong kalau dia “laku”. Keempat bang Setya, dia paling pendiam di antara kami tapi tak beda dengan bang Satya, dia banyak di gandrungi oleh cewek – cewek di sekolah tapi bedanya bang setya belum ada hasrat untuk berpacaran. Dedikasinya hanya untuk Ilmu dan keluarga. Kelima bang Bayu, sama dengan arti namanya angin. Abangku ini emosinya seperti angin, kadang lemah lembut kadang merusak sekitarnya sulit ditebak. Keenam bang Bimo, dia orang paling jail di seluruh dunia. Dan yang paling sering kena kejailannya adalah aku, cewek sendiri, cewek yang malang. Ketujuh bang Beni, dia seorang ikhwan, tau kan ?! cowok – cowok yang suka nongkrong di masjid dan anti banget sama cewek kecuali aku dan ibu kami. Kedelapan bang Rafa, dia orang paling nyebelin karena terobsesi sama gayanya bang Dani, belagak jadi bos sama dua adik kembarnya. Pengen deh rasanya nonjok bang Rafa, kadang aku dipukul gara – gara ngebantah omongan dia. Kesembilan bang Refi, dia abang yang paling dekat denganku. Kami sering melakukan apa pun bersama, sampai – sampai kami masih mandi bersama waktu umur kami 12 tahun, tapi setelah itu tidak pernah lagi karena ibu memarahi kami. Kata beliau kami berbeda, apa karena aku cewek dan bang Refi cowok. Dan yang paling bontot tentu saja aku, Rifa. Cewek satu – satunya di keluarga ini, mukaku mirip sekali dengan ibuku. Hanya aku yang mewarisi mata hijau ibuku, mata keluarganya. Parasku tak seperti orang Indonesia pada umumnya, aku lebih barat. Aku sering di ejek karena hal itu. Oh iya, kesamaan dari kami bersepuluh adalah nama belakang kami Bernard. Tak usah di bahas masalah ini.

Nah sekarang umurku delapan belas tahun, walau belum genap delapan belas tahun. Ayah dan Ibu tetap sama, tetap hangat kepada kami walau umur mereka sudah dibilang tua. Abang tertuaku berumur dua puluh empat tahun, mereka berdua sudah bekerja di perusahaan terkenal di Jakarta. Aku agak kaget waktu mendengar bang Dani juga sama – sama diterima di perusahaan dimana bang Dian juga diterima. Tapi kami senang karena ada yang membantu Ayah dan Ibu membiayai kami adik – adiknya sekolah.

Bang Satya dan bang Setya juga sudah bekerja, bang Satya bekerja sebagai dosen muda di Universitas negeri di Solo. Kalau bang Setya bekerja di rumah sakit swasta di Solo, iya dia dokter. Maklum dedikasinya dulu hanya untuk Ilmu dan Keluarga. Dan bang Setya itu termasuk mahasiswa jenius di seluruh Indonesia, karena ah… tak usah kuceritakan nanti kamu jatuh cinta sama abangku ini.

Bang Bayu, bang Bimo, dan Beni masih kuliah, beda – beda universitas tapi satu jurusan yaitu Tehnik Sipil. Entah apa yang ada dipikiran ketiga abangku, bisa – bisanya mereka memikirkan hal yang sama padahal tidak pernah berdiskusi sebelumnya.

Bang Rafa, bang Refi dan Aku masih sekolah di SMA unggulan di Solo. Kelas terakhir ini kami tak sengaja satu kelas padahal sekolah sudah tau kalau kami bertiga kembar. Ada cerita lucu nih, waktu kelas pertama di SMA Bang Rafa dan bang Refi sama – sama suka sahabatku, Lila. Mereka sama – sama meminta bantuanku yah sebagai adik yang berbudi pada abang – abangnya aku mengatakan iya. Lalu pada suatu malam kami bertiga berkumpul karena aku memintanya,

“Abang – abangku sayang, Rifa mau ngomong.” Kataku.

“langsung aja” kata kedua abangku berbarengan.

“Abang berdua sama – sama suka Lila kan?!”

“kok bisa Refi juga suka Lila, kan aku duluan yang kenal.” Kata bang Rafa.

“walau Abang dulu yang kenal tapi aku duluan yang suka sama Lila !” kata bang Refi

“aku yang lebih tua, jadi kamu harus ngalah !”

“Y Allah, cma beda 3 menit aja dah belagak tua. Ok, bukannya yang tua yang mengalah ?!”

“STOP!!!!!!!” kataku galak.

“Iya sayang, abang minta maaf.” Kata merka berbarengan lagi.

“OK, gini aja. Abang berdua bersaing secara adil ngrebutin Lila. Rifa bantu lewat do’a deh….!” Kataku dengan mimik jail.

“Yah, adek abang kok gitu ?! masa Cuma bantu lewat do’a sie… gini aja ntar abang bliin tas deh…gimana sayang?” kata bang Rafa ngerayu, kalau kamu diposisi aku pasti dah klepek – klepek, sayang aku dah KEBAL!!!

“Ogah, mau nyogok critanya?! Rifa dah KEBAL ma rayuan abang. Wuekkk….” Sengaja menekankan pada kata “Kebal” biar afdol,,,hehehehe

“Huh, adek gak sayang lagi ma abang….!!!” Muka melas yang terlalu dipaksakan.

“Rifa, adek abang yang paling cantik….”rayu bang Refi

“Emang abang punya berapa adik cewek?! Cuma satu ini, ya jelaslah paling cantik.” Kataku dengan muka galak.

“Mang bener sie,,, tapi jujur kamu emang cantik kok sayang… BTW bantu abang ya, ntr abang comblangin deh ma temen abang. Lumayan loh, ganteng, pinter, tajir lagi. Itu tu si Ketua OSIS, Iraz.”

Ya Allah, rayuan bang Refi ngena banget, jangan-jangan dia baca buku diaryku, oh TIDAK!!!!! Jangan tergoda Rifa, jangan!!!

“Abang nyogok aku pake cowok?! Gak salah apa bang, Rifa gitu lo! Anti sama yang namanya pacaran. NAJIS!!! Udah ah, bodo amat, Rifa mau bobo’. Rifa anggep masalah tentang Lila selesai. Titik!!”

“YAH…..”lenguh abang-abang aku. Maaf ya bang….

Setelah itu kedua abangku gak ada yang dapet Lila, maklum Lila menganut paham anti pacaran yah sebangsa denganku lah.hehehehehe

Lanjut…. kelas akhir di SMA kami habiskan dengan belajar dan belajar kadang kalau lagi ada tugas atau ulangan kami bertiga begadang sampai malam dan tidur bersama di ruang keluarga. Anak-anak ibu yang bandel. Biarlah, toh suatu saat bukan tidak mungkin kami berpisah.

Hari yang ditunggu anak sejagat Indonesia datang, hari itu adalah hari pengumuman kelulusan. Kami bertiga sejak pagi tidak nafsu makan. Abang-abang kami selalu aneh, ada yang menakut-nakuti., ada yang menyemangati ada pula yang berkata enggak penting banget. Bete deh jadinya, apalagi aku yang perempuan sendiri sampai dibuat nangis oleh bang Bayu, Bimo, dan Beni. Tumben-tumbenan mereka kompak tapi kenapa tumbennya harus aku yang jadi obyeknya. Alhasil aku nangis tak karuan dan hanya ibu yang bisa menenangkanku.

OK. Kami berangkat seperti biasa, jalan kaki karena deket gini sekolahnya. Sampai di sekolah, suasananya agak aneh. Siswa sebanyak ini tapi suasananya mencekam, sepi, sunyi. Mungkin sedang sibuk dengan pikiran masing-masing, ah..bodo amat aku langsung menggebrak papan tulis.

BRAAAAKKKKKKKKKKKKKK……………….

“PAGI TEMAN-TEMAN, AYOLAH KITA BERGEMBIRA BERSAMA…!!!!!!!!” kataku lantang

Tapi yang terjadi adalah…

“WOI RIFA, LOE BIKIN KITA JANTUNGAN TAU!” kata temen aku yang paling sangar

“Rif, kalau bercanda kira-kira dong. Nessy jadi nangis nih saking kagetnya” kata Kinta

Dan banyak komentar-komentar lainnya, ya sudahlah….

“MAAF YA TEMAN, ABIS KENAPA SIH PADA DIEM SEMUA ? RIFA KAN JADI TAKUT. HAHAHAHA…” tanpa rasa bersalah aku ngomong begitu. Langsung deh aku dikejar-kejar ama anak-anak satu kelas dan dengan jailnya aku bersembunyi dibelakang kedua abangku bang Rafa dan Refi. So, yang kena timpuk abang-abangku itu tercinta. Sekali lagi Rifa minta maaf…

KRINGGGG……

Bel tanda guru akan masuk berbunyi, suasana kelas yang ramai seketika diam lagi. “ah gak asyik nih..” kataku dalam hati.

“Perhatian, bapak akan mengomandani pembagian pengumuman kelulusan. Silakan bapak ibu guru yang berada di kelas membagikan amplop yang sudah ada dan mohon diingatkan kepada para siswa agar tidak membuka amplop sebelum ada aba-aba dari saya.” Kata pak Kepsek di Speaker.

“OK, semua sudah menerima amplop. Bismillah, semua sekarang buka amplop kalian masing-masing.” Kata pak Kepsek mengomandani kami.

“HORE….”

“ALHAMDULILLAH YA ROB….”

“KYAAAAA…….”

“LULUSSSSSSSSSSSSSS……”

Kami lulus 100 % dan yang tidak lulus 0,00000000000000000000000000000000000000000%, Alhamdulillah. Kami bertiga langsung sujud syukur kepada Allah swt, seraya meneteskan air mata dan berpelukan. Betapa bahagianya hari ini. Satu kelas pecah air mata dan tawa. LULUS

Pasca hura-hura anak SMA, semua jadi tegang lagi menunggu pengumuman penerimaan mahasiswa baru . dag dig dug duer ! jantung rasanya hampir copot menuggu loading internet yang lama banget. Dengan berdesakan di kabin kecil warnet depan rumah, kami bertiga saling memaki kebegoan masing-masing yang gaptek abis. Maklum, keluarga kecil mengiris hati. HP pun yang punya hanya abang-abang yang sudah punya penghasilan sendiri, itupun kalau enggak second ya HP item putih. Merana banget lah pokoknya.hehhehe

Bang Rafa sedang memonopoli PC malang itu, berkali-kali dimaki. Padahal PC nya juga enggak ngapa-ngapain, kasian ya. Mungkin karena sudah lelah mendengar makian bang Rafa PC itupun memberikan apa yang kami inginkan saat itu juga karena pengguna warnet pada pulang gara-gara pusing denger ocehan kami bertiga. Hem…ya maaf deh kami kan anak muda yang sedang mencari masa depan dengan semangat berapi-api.

Bang Rafa keterima di UNDIP jurusan Kedokteran Umum padahal abangku itu ngisi SPL Rp 0,-. Hebat deh bang. Lanjut, sekarang bang Refi yang mengetik nomor ujiannya dan abangku juga keterima di UNDIP jurusan Keperawatan lagi-lagi dengan SPL Rp 0,-. Sekarang giliranku, setelah mengetik nomor ujian aku mengucap Bismillah dan aku juga keterima di UNDIP jurusan Gizi dengan SPL Rp 0,-.

“HORE!!! Kita satu universitas, satu fakultas, satu nasib…!!!” kata bang Rafa.

“Alhamdulillah ya bang, yuk pulang! Sebarkan berita ini pada penjuru jagat keluarga kita.” Kataku sembari membenarkan kerudung yang diacak-acak kedua abangku saking senangnya, lagi Happy nih jadi enggak marah.

“Assalamualaikum, Ibu ayah Abang…..” kataku dengan semangat membara aku memasuki rumah.

“kami di ruang keluarga nak…” kata ayahku.

“Bismillah, Rifa, Abang Rafa, dan Bang Refi keterima di UNDIP loh…!!!!!” kataku lagi denga nada sedikit teriak.

“Alhamdulillah…” kata keluargaku bersamaan

“keterima dimana sayang ?” kata ibu

“aku di kedokteran, Refi keperawatan, dan Rifa Gizi. Satu unversitas, satu fakultas, satu nasib. Alhamdulillah.” Kata bang Rafa

“kok satu nasib dek ?” Tanya bang Bimo

“iya dong, kita masuk sana enggak bayar SPL, Cuma bayar SPP dan lainnya.” Kata bang Refi

“wah hebat anak-anak ayah dan ibu.”

“mantap deh adek-adek abang ini…”

“masak yuk sayang, bantu ibu.” Kata ibu padaku. Okelah, lagi hepi gini.

Hari itu kami berpesta bersama tapi abang-abangku yang enggak lagi di rumah juga pesta sih tapi di tempat masing-masing.

Hari regristasi ulang tiba, kami berangkat dari Solo naik Bus, hampir 4 jam perjalanan. Sepanjang perjalanan aku tidur karena emang doyan tidur, abang-abangku asyik sendiri. Denger-denger mau langsung nyari cewek tuh. NAJIS, cewek melulu. Mending urusin dulu adik semata wayangmu ini bang.

Aku dibangunkan ketika bis udah berhenti cukup lama, aku melewati supir bus yang cemberut. Ya maaf, bukan salahku dong aku enggak bisa bangun. Semua salah mereka yang sibuk sendiri, untung aja aku enggak ditinggal. Kami turun di patung diponegoro, nyebrang dan naik angkot kuning menuju gedung prof. Soedarto. Manalah itu yang penting udah nyampe Tembalang.

“pak nanti kami turun di gedung Prof. Soedarto ya….” Kata bang Rafa

“ok mas…”kata supir angkot itu.

Sesampainya disana kami langsung menuju pintu masuk yang ada di samping gedung. Dengan hati penuh kecemasan dan bahagia kami masuk tapi….

“mohon bajunya dimasukkan mas.” Kata satpam yang jaga pintu

“oh iya.” Kata kedua abangku berbarengan

Secara enggak sadar kami bertiga masuk bergandengan, dan mengisi formulir pendaftaran bersama dengan tenang. Tiba-tiba ada yang nanya

“maaf, ini ngisinya gimana ya ?”

“oh begini.” Kataku sambil nunjukin lembaran formulirku

“makasih ya…” kata cowok itu lagi

“sama-sama.” Hening…lalu

“maaf, kalian kembar ?”kata cowok itu lagi

“iya.” Kata kedua abangku, karena mereka tau aku bakal marahin cowok itu. Makasih deh bang.

Setelah itu, cowok pengganggu itu diem seribu bahasa karena ngeliat tampangku yang bengis. Hahahaha ya maaf. Lalu kami menuju mbak-mbak petugas, tanda tangan ini itu terus nunggu jatah di ambil darah di kursi yang ada dan setelah itu nunggu lagi tes darahnya kelar. Hasil tes membuktikan kami bertiga memiliki darah O. udah tau kali, kan udah pernah tes dulu.

Berbagai tes kami lalui dan Alhamdulillah lulus. Sampailah diakhir tujuan, pengambilan KTMS. Sambil membawa map hijau tanda kami ini anak Fakultas Kedokteran, menyerahkannya pada petugas dan dengan tanpa halangan KTMS keluar. Mengejutkannya lagi, NIM kami G2A009001 untuk Rafa Bernard, G2B009001 untuk Refi Bernard dan G2C009001 untuk Rifa Bernard. Kebetulan yang sangat indah, kami keluar dari gedung itu dengan hati gembira setelah sebelumnya mengambil tabungan mandiri.

Di luar, telah banyak mahasiswa yang membuka STAND untuk MABA alias mahasiswa baru. Tapi kebanyakan anak-anak baru itu cuek, tapi tidak bagi kami. Langsung saja kami mengatakan dari Fakultas Kedokteran…

“tiga-tiganya ?” kata mas itu

“iya mas, Cuma beda jurusan.” Kata aku

“oke, silakan. Kedokteran di sana, keperawatan di sini dan gizi di sana.” Kata mas itu lagi

“makasih…” kata kami berbarengan

Nampaknya stand itu masih lengang karena emang kamilah peraih absen no 1. Dan mereka kakak-kakak itu saling memandang dan lalu menyuruh kami duduk berjejer di tengah. Kami ikut saja, kalau macam-macam tinggal teriak. Hehehehehe…

“kalian kembar ?” Tanya salah satu dari mereka

“IYA….” Kata kami bosan

“ih lucu ya, mereka satu Fakultas tapi beda jurusan terus NIM mereka sama-sama 001.” Kata yang lain

“muka mereka mirip Cuma, kamu namamu siapa ?”

“saya ? nama saya Rifa Bernard. Ini abang saya Rafa Bernard dan Refi Bernard.”

“iya, mata kamu berbeda dengan mas-masmu.kamu pakai lensa kontak ?”

“oh bukan, ini asli. Mata ini keturunan dari ibu, tapi hanya aku yang mendapatkannya. ”

“ibumu londo?”

“iya, tapi muslim dan sudah lama tinggal di Indonesia.”

“ooooo….”

“dek, boleh kami foto ?”Tanya mbak yang bawa kamera, buset 3 kamera sekaligus

“okelah kalau begitu. hehehehe” kata kami barengan

Setelah sesi foto bareng ada sesi Tanya jawab yang kesimpulannya bang Rafa dan aku kuliah di RSUP DR. KARIADI dan bang Refi di Tembalang. Rasanya pengen nangis, kami kira bakal satu tempat tapi tak apalah. Dan satu hal penting lainnya kami harus cari kontrakan, Tanya sama kakak-kakak itu ternyata banyak juga pilihan.

Akhirnya kami memilih kontrak di daerah tembalang saja karena lebih murah dan untuk sementara dibekali dengan motor satu saja.ya tak apalah, yang penting nanti motornya jadi masing-masing satu. Sabar saja, itu hadiah dari keluarga kami.

Kontrakan kami mempunyai tiga kamar, ruang tamu, ruang tengah, satu kamar madi, dapur, tempat cuci dan halaman belakang yang cukup luas untuk menjemur pakaian.selesai dengan kontrakan kami langsung pulang ke Solo.

Di solo kami mengepak barang-barang yang perlu dibawa, lumayan banyak tapi tak apalah karena ayah akan mengantar kami dengan mobilnya, ibu juga ikut serta dan abang Bayu juga ikut loh dengan membawa motor baru kami.asyik deh…

Kami berangkat saat pengambilan jas almamater dan lainnya. Setelah meletakkan semuanya di kontrakan dan belum menyusunnya, kami bergegas menuju PKM tembalang untuk mengambil hal – hal tadi. Ternyata antrian sudah lumayan panjang, kami bertiga langsung mengantri sebelum antrian tambah panjang. Setelah mengantri cukup lama akhirnya semua sudah ditangan kecuali buku perak dan buku lainnya. Sudah nunggu lama eh taunya ada pengumuman, buku-buku tadi bisa diambil besok pagi. Wah ramai bukan main suasana PKM, aku kecewa semua juga kecewa. Lalu kami balik ke kontrakan dan memulai dekorasi rumah baru kami, beres deh semua sudah pada tempatnya hanya masih terlalu kosong untuk sebuah hunian. Tak apalah, nanti juga terisi sendiri.

Ayah, ibu, dan bang Bayu pulang sore hari dan kami menginap untuk pertama kalinya di kontrakan. Makan malam tadi ibu yang masak, bagaimana dengan makan pagi nanti. Tentulah aku yang memasak. Paginya kami bangun dengan senyum baru, sholat subuh berjamaah tak lupa. Sambil menunggu giliran mandi yang dengan kejamnya abang-abangku menyuruh aku mandi terakhir karena mereka bilang masak dulu baru mandi. Okelah, tak apa. Daripada nanti bau minyak.

Aku memasak omelet dan sayur sop untuk kami bertiga. Selesai memasak abang-abangku pun telah selesai mandi. Makan bersama di ruang tengah yang hanya berisi meja bundar rendah. Lesehanlah cara makan kami pagi ini, nikmat sekali. Abang-abangku mengakui kepintaran memasakku. Makasih ya bang…

Kami menuju PKM lagi dengan berjalan kaki, karena motornya hanya satu dan tidak adil kalau ada yang naik motor. Cap cus lah, dengan jalan kaki kami malah tau tempat-tempat ynag mungkin penting untuk dikunjungi. Sampai di PKM kami dapat antrian pertama langsung deh buku-buku itu di tangan kami.

Sepertinya kami perlu jalan-jalan ke bawah terutama aku dan bang Rafa. Lalu sudah diputuskan aku dan bang Rafa naik motor ke bawah. Perjalanan hari itu menyenangkan karena kami gak nyasar, bakat supir deh bang Rafa itu. Padahal dari tadi juga sok tau jalan aja, tapi Alhamdulillah sampai. Puas di kariadi kami jalan-jalan sekitar kariadi dan ke simpang lima juga, wah ujian berat nih. Mall dimana-mana, tapi karena hari udah mau sore aku dan bang Rafa pulang ke kontrakan.

Sesampainya di kontrakan bang Refi sedang ada tamu, wah kok bisa sih ?

“Assalamualaikum…bang Refi lagi ma siapa to ? ” tanyaku

“waalaikumsalam warrohmatullah…ini kenalin Dani, dia kos di depan rumah.”

“oh, salam..” sambil menyedekapkan tangan di dada

“ eh iya, salam..” Dani malu-malu gitu

“maaf ya Dani, adekku sombong emang orangnya. hehehehe”

“bang jangan fitnah lah, kalau aku menyentuhnya aku akan mendapat dosa karena dia bukan muhrimku.”

“iya sayang, jangan cemberut gitu lah…”

“kalian beneran kembar ya…mirip banget apalagi Rafa dan Refi, mirip banget. Rifa mirip sih Cuma beda matanya doang dan dia perempuan.” Kata Dani

2 komentar: